
Titanic telah menerima beberapa peringatan es laut pada tanggal 14 April, tetapi kapal sedang berlayar dengan kecepatan nyaris penuh ketika bertabrakan dengan gunung es. Kapal mengalami benturan luar biasa sehingga melengkungkan sisi kanannya dan melubangi lima dari enam belas kompartemennya. Titanic dirancang untuk tetap mengapung jika empat kompartemennya bocor, bukan lima, dan para awak segera menyadari bahwa kapal akan tenggelam. Mereka menggunakan suar roket dan pesan radio nirkabel untuk mencari bantuan, sementara penumpang diungsikan ke sekoci. Sayangnya, sedikit sekali sekoci yang tersedia dan banyak yang tidak diisi penuh akibat pelaksanaan evakuasi yang buruk.
Kapal terbelah ketika tenggelam bersama seribu penumpang dan awak di dalamnya. Hampir semua orang yang lompat atau jatuh ke air meninggal akibat hipotermia dalam hitungan menit. RMS Carpathia tiba di tempat kejadian sekitar satu setengah jam setelah bencana dan menyelamatkan korban selamat terakhir pada pukul 09:15 tanggal 15 April, lebih dari 24 jam setelah awak Titanic menerima peringatan es hanyut pertamanya. Bencana ini memunculkan kemarahan publik yang meluas atas sedikitnya jumlah sekoci, regulasi perkapalan yang kedaluwarsa dan perlakuan yang tidak setara terhadap kelas-kelas penumpang yang berbeda di kapal tersebut. Penyelidikan dilaksanakan setelah bencana yang berujung pada perubahan regulasi maritim. Hal ini mendorong pembentukan Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut (SOLAS) pada tahun 1914 yang masih mengatur keselamatan maritim hari ini.
panjang nyo na
BalasHapushiks
BalasHapusjadi ingat tragedi film Titanic :( sangat Tragis
BalasHapusmengerikan..
BalasHapus